Sabtu, 13 Agustus 2011

Biosekuriti Kandang

Biosekuriti berasal dari kata biosecurity dan terdiri dari dua kata yaitu bio (hidup) dan security (pengamanan atau perlindungan). Atau secara harfiah dapat bermakna pengendalian atau pengamanan terhadap makhluk hidup (dalam hal ini ternak/ternak). Dalam budidaya ternak biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar peternakan. Semua kegiatan dilakukan dengan tujuan memisahkan inang (ternak) dari bibit penyakit dan sebaliknya.

Tentu kita masih ingat 3 konsep biosekuriti dalam pemeliharaan ternak yaitu biosekuriti konseptual (perencanaan lokasi kandang), struktural (manajemen kandang contoh arah, bentuk dan jarak kandang) dan operasional (manajemen pemeliharaan contohnya, masa istirahat kandang, sanitasi kandang).



1. Isolasi

Merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ternak dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu farm dan menyebar keluar dari farm. Manajemen peternakan (manager/ pemilik farm) sangat berperan penting dalam penerapan isolasi ini, contohnya dalam penetapan area bersih (wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan cemaran/ penularan penyakit) dan kotor (wilayah yang kemungkinan banyak cemaran bibit penyakitnya).

Contoh penerapan isolasi lainnya yaitu penetapan akses karyawan atau pengunjung yang boleh masuk ke area farm, penerapan one age farming (peternakan satu umur) pada farmternak layer atau penerapan pemeliharaan ternak broiler sistem all in all out.



2. Pengaturan lalu lintas

Upaya pengaturan lalu lintas orang, peralatan, barang atau kendaraan tamu agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam peternakan. Pengaturan lalu lintas ini berarti kita harus bisa mengatur kapan bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan peternakan), dsb  masuk ke dalam farm. Begitu juga sebaliknya kita harus bisa mengatur bagaimana penanganan atau pengeluaran bangkai ternak, litterkeluar dari lingkungan kandang serta kapan ternak harus dipanen atau diafkir. Pembatasan jumlah orang dan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang juga masuk dalam konsep kedua ini.



3. Sanitasi (pembersihan dan desinfeksi)

Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi. Sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi/ penyemprotan kandang menggunakan desinfektan. Dengan asumsi desinfektan tersebut akan membunuh bibit penyakit di kandang atau lingkungan kandang. Sebenarnya tindakan sanitasi tidak hanya berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak kegiatan lain yang merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja/tamu masuk ke dalam kandang mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki (sandal/sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki dalam desinfektan  Hal-hal sederhana itu sebenarnya juga dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit.



Untuk mengoptimalkan hasil desinfeksi, peternak harus melakukan pembersihan (cleaning). Pembersihan ini akan menghilangkan zat/material asing yang sering menempel atau berada di kandang. Sebagai contoh debu, tanah, litter yang menempel di lantai kandang, materi-materi organik seperti feses, leleran ingus, darah dan mikro-organisme. Materi organik yang masih berada di sekitar kandang (lantai atau tembok kandang) dapat mempengaruhi kerja desinfektan golongan quats dan halogen (kaporit) sehingga kurang efektif bekerja. Pendukung desinfeksi yang lainnya yaitu dosis pemakaian desinfektan harus tepat, jumlah larutan harus disesuaikan dengan luasan kandang dan waktu kontak desinfektan harus sesuai karena akan mempengaruhi desinfektan dalam membunuh bibit penyakit.

Agar memudahkan pelaksanaannya, manajemen farm harus membuat perencanaan dan konsep biosekuriti yang disesuaikan dengan kondisi farm. Serta melibatkan peran aktif semua elemen peternakan (pemilik, manajer maupun anak kandang). Setelah dilakukan, perlu juga dilakukan penilaian (audit) terhadap biosekuriti yang telah diterapkan. Hal ini untuk menjamin biosekuriti telah diterapkan dengan baik.

Sesungguhnya biosekuriti merupakan perubahan kebiasaan, karena peralatan dan bahan yang digunakan dalam penerapan biosekuriti telah tersedia. Sehingga tinggal seluruh elemen peternakan mau menerapkan prinsip-prinsip biosekuriti secara sederhana namun konsisten (terus menerus) dan disiplin.

Sumber : Koperasi Peternak Kelinci ( KOPNAKCI) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar